Setelah membaca pidato sambutan
Ki Hadjar Dewantara dan menonton video pendidikan zaman kolonial dapat saya
simpulkan bahwa gagasan-gagasan filosofis Ki Hadjar Dewantara telah menjadi
fondasi yang amat kokoh dalam praktik pendidikan di Indonesia.
Namun bagaimana pemikiran-pemikiran itu terbentuk tidak
serta-merta terjadi dalam sekejap mata, melainkan melalui sebuah perjalanan panjang,
yaitu mulai dari zaman sebelum hingga setelah kemerdekaan.
Mari kita kembali ke masa lampau
sebentar.
Pada masa kolonial Belanda
pendidikan semata-mata hanya berupa pendidikan intelek. Di mana mereka hanya
mementingkan pengajaran yang intelektualitas
dan materialistis. Rakyat diberikan
pengajaran membaca, menulis, dan berhitung tetapi hanya seperlunya saja.
Mengapa demikian?
Karena Belanda menjadikan
Indonesia sebagai objek perdagangan mereka, sehingga tujuan dari pengajaran
pada saat itu untuk mendidik orang-orang untuk membantu dalam beberapa usaha Belanda
di Indonesia.
Namun, di samping tujuan
pembelajaran yang semata-mata hanya untuk memperbesar keuntungan dan kekayaan
bangsa Belanda, saya tidak menganggap pendidikan dan pengajaran ala Belanda mutlak dikatakan buruk.
Di balik itu, kita tetap dapat
memetik banyak ilmu pengetahuan dari apa yang mereka ajarkan. Hanya saja perlu
diingat bahwa Indonesia merupakan negara
yang kaya akan adat istiadat dan kebudayaan, sehingga pengajaran berbasis
intelek saja tidaklah cukup tetapi juga harus ada pendidikan yang kultural.
Belenggu tirani bangsa Belanda
inilah yang kemudian mendorong Ki Hadjar Dewantara memperjuangkan kemerdekaan
bangsa Indonesia, khususnya dalam bidang pendidikan. Bukti sejarah perjuangan
Ki Hajar Dewantara dalam membela kepentingan bangsa dan negara yang sampai
sekarang masih ada adalah sekolah Taman
Siswa di Yogyakarta.
Ki Hadjar Dewantara memaknai pendidikan secara filosofi sebagai
upaya memerdekakan manusia dalam aspek lahiriah (kemiskinan dan kebodohan) dan aspek batiniah (otonomi berpikir dan
mengambil keputusan).
Kedalaman filosofi pendidikan Ki
Hadjar Dewantara tertuang dalam semboyannya yang berbunyi “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing
Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani,” yang artinya di depan
memberi contoh yang baik, di tengah memberi semangat, di belakang memberi
dorongan.
Ki Hadjar Dewantara juga menjelaskan
bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat
alam berkaitan dengan sifat dan
bentuk lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan isi dan irama pendidikan yang
bergerak dinamis.
Dan sekarang di sinilah kita
berada, di era abad ke-21.
Perkembangan pendidikan di
Indonesia hingga abad ke-21 ini tentu tidak lepas dari peran Ki Hadjar
Dewantara. Yang mana kita tahu nilai-nilai pemikiran Ki Hadjar Dewantara telah
banyak diimplementasikan dalam kurikulum pendidikan yang berlaku di Indonesia.
Adapun kurikulum di Indonesia
sendiri telah mengalami perubahan sebanyak kurang lebih 10 kali. Kemdikbud mengatakan bahwa kurikulum pendidikan selalu akan berubah
sesuai perkembangan zaman.
Karenanya menurut saya seorang guru
wajib untuk terus belajar agar bisa memahami tiap perubahan kurikulum baru
untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
Meski sudah berstatus guru
profesional dan punya sertifikat profesi sekalipun, seorang guru tetap harus
berguru.
Karena mau sebagus apapun
kurikulum yang dikembangkan, kalau gurunya belum mampu mengimplementasikan
kurikulum tersebut otomatis kegiatan belajar mengajar di kelas juga tidak akan
bisa berjalan lancar.
Dengan kata lain, guru
yang berhenti belajar sebaiknya berhenti mengajar.
Terima kasih