“Do you like to read?”
Kalau jawabannya
“Yes,”
maka selamat, Anda adalah orang yang beruntung. Sebab, membaca akan selalu
menjadi bagian yang penting dalam banyak hal. Ambil saja contoh paling
sederhana, ketika Anda melihat postingan di social
media lalu Anda hanya membaca judul tanpa membaca caption postingan tersebut, maka Anda bisa menjadi orang yang
tersesat bukan?
Yup, fenomena ini kerap saya temui
ketika saya membaca kolom komentar pada postingan di social media. Ada saja komentar dari masyarakat yang terkesan tidak
nyambung saking enggannya mereka membaca kata demi kata yang tertulis pada caption. Inilah yang membuat saya seringkali merasa miris dan lucu di saat
bersamaan.
Saya sendiri mulai suka membaca ketika duduk di bangku 3 Sekolah Dasar. Saat itu sekolah saya baru saja dibangun perpustakaan. Ukurannya tidak luas dan buku-buku yang tersedia pun masih sangat terbatas. Namun, karena hadirnya perpustakaan adalah hal baru di sekolah, maka saya dan teman-teman lain pun sangat antusias. Ketika memasuki jam istirahat pun kami lebih suka menghabiskan waktu di perpustakaan daripada berlama-lama di kantin sekolah.
"Lalu bagaimana cara membangun kebiasaan membaca itu?"
"Mulailah dari membaca hal-hal yang disukai."
Saat masih di
bangku Sekolah Dasar saya suka sekali membaca cerita dongeng seperti kisah Si
Kancil dan Buaya, Pinokio dan Boneka Kayu, Kumpulan Kisah 25 Nabi dan Rasul juga
berbagai cerita lain yang tentunya kaya akan nasihat tentang kehidupan.
Seiring
berjalannya waktu, saya pun mulai meninggalkan bacaan-bacaan tadi dan beralih
ke bacaan lain seperti komik, cerpen, novel, hingga buku-buku ilmu pengetahuan.
Lalu ketertarikan saya di bidang literasi semakin meningkat ketika duduk di
bangku perkuliahan. Dari yang awalnya hanya membaca, saya akhirnya mulai
tertarik untuk belajar menulis. Menulis
dalam artian menghasilkan sebuah karya.
Mulanya hobi menulis ini
saya lakukan secara sembunyi-sembunyi. Salah satu penyebabnya menulis kerap
dipandang ‘sebelah mata.’ Bahkan bagi sebagian orang dianggap menyedihkan
karena dinilai tidak memiliki teman bercerita hingga akhirnya memilih
melampiaskan keluh-kesahnya lewat tulisan.
Kenyataannya, saya
suka menulis karena melalui membaca dan menulislah saya bisa belajar banyak
hal. Menulis menuntut saya untuk mempelajari hal-hal baru yang jarang ataupun
tidak dipelajari oleh orang lain. Di sinilah saya mengalami kondisi dituntut
dan ditantang secara bersamaan, yang ternyata hasilnya adalah menyenangkan.
Namun, apakah dunia literasi hanya sebatas baca-tulis saja?
Memasuki Abad ke-21, Ada 10 Jenis Literasi yang Harus Dikuasai
Kemdikbud telah menggalakkan
Gerakan Literasi Nasional (GLN) sejak tahun 2016. Program ini dilakukan sebagai
bagian dari implementasi Permendikbud No. 23 Th. 2015 tentang Penumbuhan Budi
Pekerti. Untuk menjalankan program ini, Kemdikbud membentuk kelompok GLN agar
mengoordinasi berbagai kegiatan literasi di Indonesia.
Istilah Gerakan Literasi biasanya juga diidentikkan dengan upaya
pemberantasan buta aksara. Pada masa sebelum kemerdekaan upaya pemberantasan
buta aksara masih belum terlaksana secara maksimal, mengingat Belanda pada saat itu tidak
bersungguh-sungguh dalam mencerdaskan rakyat Indonesia.
Program ini akhirnya mulai
terorganisasi sejak periode awal kemerdekaan dan hingga kini angka buta aksara di
Indonesia terus mengalami penurunan seiring dengan terlaksananya berbagai
strategi yang dilakukan dalam upaya mengentaskan masyarakat kita dari buta
aksara.
Pentingnya melawan buta huruf
ini juga menjadi perhatian seluruh dunia. Pada konferensi umum UNESCO (United
Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) ke-14 yang dilaksanakan tanggal 26
Oktober 1966 menetapkan Hari Aksara
Internasional (International Literacy
Day) diperingati setiap tanggal 08
September. Tujuannya untuk mengingatkan dan semakin meningkatkan kesadaran
masyarakat dunia akan pentingnya melek aksara.
Namun, sebagian
besar orang beranggapan bahwa literasi hanya sebatas kemampuan membaca dan
menulis saja. Faktanya, baca-tulis hanyalah satu dari beberapa literasi dasar
yang harus dikuasai. Menurut UNESCO
literasi adalah seperangkat keterampilan yang nyata, khususnya keterampilan
kognitif dalam membaca dan menulis, terlepas dari konteks di mana keterampilan
yang dimaksud diperoleh, dari siapa keterampilan tersebut diperoleh dan
bagaimana cara memperolehnya.
Artinya literasi memiliki cakupan yang lebih luas, bukan sekadar baca-tulis saja, akan tetapi juga kemampuan dalam memahami dan memproses informasi dari berbagai media sebagai sumber pengetahuan. Dalam hal ini literasi memegang peran penting dan semakin dibutuhkan di abad ke-21. Terlebih dalam bidang pendidikan, di mana pendidikan dianugerahi kepercayaan sebagai pencetak generasi-generasi yang unggul dan berkualitas. Kecakapan berliterasi amat penting dimiliki sebagai bekal bagi peserta didik untuk menghadapi berbagai dinamika dan meraih kesuksesan di masa depan.
Salah satu platform mengajar yaitu KOCO Schools telah merangkumkan 10
jenis literasi di abad ke-21 yang harus diajarkan oleh guru kepada peserta
didiknya sebelum memasuki masa perkuliahan dan dunia kerja. Hal ini didasarkan
pada pembaruan dan karakter generasi saat ini yang berbeda dengan generasi
sebelumnya.
Penjelasan
lengkap tentang 10 jenis literasi tersebut bisa Anda baca di SINI, sementara penjelasan singkatnya saya
tampilkan dalam infografis berikut ini.
Tingkat Literasi Indonesia di Peringkat PISA (Programme for International Student Assessment)
Pentingnya peningkatan kemampuan berliterasi berbanding terbalik dengan realita tingkat literasi di Indonesia yang mengalami penurunan. Berdasarkan hasil survei PISA yang dirilis oleh OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) tahun 2018 dalam kategori kemampuan literasi, sains dan matematika, Indonesia berada pada peringkat 74 dari 79 negara. Fakta ini menunjukkan bahwa kemampuan literasi di Indonesia masih sangat rendah. Di mana Indonesia berada di urutan 10 terbawah dari total 79 negara yang tergabung.
PISA sendiri merupakan program evaluasi yang dilaksanakan setiap 3 tahun sekali dan bertujuan untuk mengukur tingkat pendidikan di dunia dalam 3 kategori yaitu, literasi, sains dan matematika. Pada survei 2018 tersebut, kemampuan literasi Indonesia menempati peringkat 74 dengan skor rata-rata 371, kemampuan sains Indonesia menempati peringkat 71 dengan skor rata-rata 396, dan kemampuan matematika Indonesia menempati peringkat 73 dengan skor rata-rata 379.
Jika ditilik ke belakang, hasil evaluasi dalam 3 kategori ini mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan hasil evaluasi yang dirilis pada periode sebelumnya. Sebab pada tahun 2015, kemampuan literasi Indonesia masih menempati peringkat 64 dengan skor rata-rata 397, kemampuan sains menempati peringkat 62 dengan skor rata-rata 403, dan kemampuan matematika menempati peringkat 63 dengan skor rata-rata 386 dari total 71 negara yang tergabung.
Data ini secara tidak langsung telah membeberkan sekelumit permasalahan yang dihadapi Indonesia dalam bidang pendidikan.
"Lalu apa yang menjadi penyebabnya?"
Secara
singkatnya mari kita lihat dari sudut pandang siswa dan guru.
Dari sisi siswa,
salah satu faktor yang paling mendasar adalah kurang memaksimalkan pemanfaatan
dari penggunaan teknologi. Sebab di tahun yang sama, Lembaga Riset Digital Marketing Emarketer menyebutkan penggunaan ponsel pintar di Indonesia pada
2018 mencapai lebih dari 100 juta orang. Jumlah ini menempatkan Indonesia pada
posisi ke-4 pengguna aktif ponsel pintar di dunia. Hal ini tentu dapat
berdampak positif jika saja penggunaan teknologi dimanfaatkan sebaik mungkin.
Sayangnya, kebanyakan dari remaja lebih suka menghabiskan waktu untuk
berselancar di social media daripada
memperkaya diri dengan berbagai bacaan ilmu pengetahuan.
Sementara itu,
dari sisi guru faktor yang paling mendasar ialah masih rendahnya tingkat
kompetensi guru di Indonesia. Seiring berjalannya waktu, kemampuan guru
meningkat tetapi masih jauh dari standar kompetensi yang diharapkan. Sebagian
besar guru kesulitan dalam mendapatkan akses untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya. Hal ini umumnya dialami oleh guru-guru yang mengajar di
pedesaan. Apalagi di masa pandemi ruang gerak sangat dibatasi.
Namun, kini baik guru di kota maupun di desa tetap dapat meningkatkan kompetensinya dengan cara mengoptimalkan penggunaan teknologi. Karena berbagai pelatihan dan webinar di era teknologi ini sudah bisa diakses secara online, seperti webinar dan pelatihan yang diselenggarakan oleh KOCO Schools yang bertujuan untuk membantu guru dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Siap Berkembang Bersama KOCO Schools
Guru memegang peran penting dalam
bidang pendidikan. Karena, dari seorang gurulah peserta didik mendapatkan
banyak ilmu pengetahuan mulai dari kemampuan dasar membaca, menulis, berhitung
hingga pengetahuan lain yang tak terhitung jumlahnya.
Untuk itu, dalam upaya meningkatkan
kualitas pendidikan di Indonesia akan lebih baik jika dimulai dari guru, yakni dengan meningkatkan mutu dan kompetensinya
agar menjadi pendidik yang profesional. Guna mewujudkan cita-cita ini, guru
membutuhkan mitra yang mumpuni seperti KOCO
Schools.
KOCO Schools adalah platform
mengajar bagian dari KOCO yang
bertujuan untuk membantu guru dalam mengelola pembelajaran di era pandemi
Covid-19. KOCO sendiri adalah
perusahaan EdTech yang berkembang pesat di Asia dengan kantor di
Singapura, Indonesia dan India. Beberapa program unggulan besutan KOCO Schools di antaranya:
1. KOCO Schools
Academy
Program ini menjadi wadah bagi guru dalam
meningkatkan kompetensinya sebagai pengajar yang profesional melalui webinar
atau pelatihan. Ada beragam topik yang tersedia seperti metode pengajaran,
keterampilan mengajar dan penerapan pengajaran di kelas.
Di program KOCO Schools Academy, guru
akan mendapatkan pembinaan dalam jangka waktu bulanan, triwulan, maupun tahunan
dari para pakar dan praktisi pendidikan. Setelah mengikuti berbagai pelatihan
dan webinar guru juga akan mendapat sertifikat yang tidak hanya sebagai bukti
telah memenuhi kompetensi saja tetapi juga akan sangat berguna untuk keperluan
administrasi lainnya.
2. KOCO LMS (Learning Management System)
LMS (Learning Management System) dibutuhkan dalam mengelola pembelajaran di masa pandemi yang berlangsung secara online dan offline. Keberadaan LMS tentunya dibutuhkan guru dan siswa dalam proses pembelajaran dari mulai persiapan, pelaksanaan hingga tahap evaluasi. Guru dapat menggunakan LMS dalam mengintegrasikan data kelas, memantau proses belajar, otomatisasi penilaian dan pendataan hasil belajar, serta mengevaluasi kemampuan belajar peserta didiknya.
3. KOCO PISA QUIZ Bank
Selain dua program di atas ada juga KOCO PISA QUIZ Bank yaitu program yang
menyediakan hingga 35.000+ soal-soal yang berfokus pada literasi, sains dan
numerisasi.
Sebagaimana yang kita tahu, ketiga kategori ini masuk ke dalam survei evaluasi PISA. Meski evaluasi ini dilakukan setiap 3 tahun sekali, tetapi kita harus mempersiapkannya mulai dari sekarang untuk memberikan hasil yang terbaik.
Mulai dari Guru
Untuk Tingkatkan Kualitas Pendidikan Indonesia
Data skor PISA membuka kesadaran bahwa ada banyak hal yang harus dibenahi dalam sistem pendidikan di Indonesia. Dalam hal ini guru memegang peranan yang sangat vital untuk melakukan gerakan guna mendorong terjadinya perubahan ke arah yang lebih baik. Salah satunya melalui penanaman dan peningkatan semangat literasi dari dalam diri peserta didik sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, guru juga perlu melakukan peningkatan kompetensinya. Salah satu langkah yang dapat dipilih yaitu dengan mengikuti berbagai pelatihan dan webinar. KOCO Schools sebagai platform mengajar adalah mitra yang tepat untuk membantu peningkatan kompetensi seorang guru. Koco Schools dengan inisiasi #NoChildLeftBehind juga sejalan dengan program Kemendikbud Ristek selama dua tahun terakhir yang berfokus pada transformasi pendidikan dan pelatihan guru.
Maka dari itu, yakinlah! Mulai dari guru, kualitas pendidikan
dan ranking PISA Indonesia di mata
dunia dapat ditingkatkan.
Sosial media KOCO Schools
Artikel ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis Blog KOCO Schools dengan Tema Literasi di Indonesia dan Skor PISA. Media pendukung berupa infografis diolah secara pribadi dengan menggunakan aplikasi Photoshop.
Referensi:
- Pengalaman pribadi
- Website resmi KOCO Schools (https://www.kocoschools.com/)
- Kemendikbud: Upaya Meningkatkan Literasi di Indonesia Melalui Gerakan Literasi Nasional (https://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/)
- Litbang Kemendikbud. Ranking Pisa Indonesia (https://litbang.kemdikbud.go.id/pisa)
- Detiknews. Sejarah Hari Aksara Internasional. (https://news.detik.com/berita/d-5714952/hari-aksara-internasional-2021-ini-sejarah-dan-maknanya