Jun 9, 2021

Peran Perempuan Untuk Wujudkan Generasi Emas


Ilmu menempati kedudukan yang sangat penting untuk kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat. Menuntut ilmu bersifat wajib dan merupakan bagian dari ibadah. Tujuannya untuk mencerdaskan manusia agar terhindar dari kebodohan. Salah satu dalil yang menyebutkan tentang keutamaan menuntut ilmu terdapat dalam QS Al-Mujaadalah ayat 11 yang berbunyi, “Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”

Ilmu pengetahuan dapat diperoleh salah satunya melalui pendidikan. Karenanya banyak orang berpikir bahwa pendidikan itu penting. Namun, ada pula yang berpikir bahwa pendidikan tidak begitu penting, terlebih pendidikan untuk kaum perempuan. Bahkan pada masa itu, dalam budaya Jawa perempuan yang telah masuk tahap remaja putri harus bersedia dipingit sampai dilamar dan dinikahi oleh laki-laki.

Pemikiran akan pentingnya pendidikan untuk perempuan kemudian dilayangkan oleh R.A. Kartini. R.A. Kartini merupakan tokoh pegiat lokal yang gigih memperjuangkan hak-hak perempuan agar bisa memperoleh pendidikan yang layak. Kartini dikenal sebagai sosok emansipasi yang mewujudkan kesetaraan gender terutama dalam memperoleh pendidikan.

Namun, hingga kini kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi perempuan masih tergolong rendah. Terlebih bagi masyarakat yang tinggal di pedesaan atau daerah terpencil lainnya. Hal itu dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya yang dianut di wilayah tersebut. Perempuan dianggap cukup selama bisa menulis, membaca dan berhitung. Sebaliknya, memiliki keterampilan memasak dianggap lebih penting karena anggapan bahwa pada akhirnya perempuan hanya akan beraktivitas di dapur untuk melayani suami dan mengurus anak-anaknya. Sebagaimana stereotip yang identik dengan perempuan yaitu, dapur, sumur, dan kasur.

Di berbagai lini kehidupan, budaya patriarki yang masih mengakar turut menjadi belenggu bagi perempuan dalam mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Dalam kehidupan bermasyarakat, laki-laki umumnya memegang peran sebagai superordinat sementara perempuan diletakkan pada subordinat di berbagai aspek baik ekonomi, sosial, politik maupun aspek-aspek lainnya.

Seolah belum cukup, perempuan juga harus terjerat oleh stigma perawan tua. Stigma ini ditujukan bagi perempuan yang sudah cukup usia namun belum menikah. Adanya stigma perawan tua tentu sangat memojokkan perempuan secara sosial, seolah perempuan memiliki masa kadaluwarsa dan tidak berfungsi secara maksimal jika belum menikah dan melahirkan seorang anak. Padahal pendidikan sangat penting untuk perempuan sebab faktor genetik yang diwariskan oleh seorang ibu sangat berperan dalam kecerdasan anak.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh University of Washington kecerdasan seseorang terletak pada kromosom X. Perempuan memiliki dua kromosom X sementara laki-laki memiliki satu kromosom X. Maka dari itu, dominasi kecerdasan seorang anak diwarisi oleh ibunya. Selain faktor genetik alasan paling logis karena ibu biasanya adalah sosok yang paling berperan utama dalam membentuk tumbuh kembang anak. Sosok ibu jugalah yang membangun kecerdasan anak baik kecerdasan kognitif, afektif, maupun psikomotorik hingga menjadi seseorang yang unggul dalam ilmu dan iman.

Kesetaraan gender sangat diperlukan bagi perempuan, karena perempuanlah yang melahirkan generasi-generasi emas Indonesia. Jika kesetaraan tersebut tidak diterima oleh perempuan, maka akan berpengaruh pada terbentuknya generasi emas. Generasi emas ini diharapkan memiliki kualitas yang mampu bersaing dengan dunia luar dan membawa Indonesia menuju arah pembangunan yang lebih maju.

Pada tahun 2045 Indonesia akan mendapatkan bonus demografi. Bonus demografi terjadi ketika proporsi penduduk usia produktif berada lebih dari dua pertiga jumlah penduduk keseluruhan. Jika bonus demografi ini dimanfaatkan dengan baik akan membawa dampak positif bagi kemajuan bangsa. Bibit-bibit unggul inilah nantinya yang akan memimpin masa depan Indonesia di tahun 2045. Maka jelas sekali bahwa kualitas generasi emas tersebut ditentukan oleh kualitas ibu sebagai pendidiknya saat ini.

Untuk memaksimalkan terbentuknya generasi-generasi berkualitas diperlukan pendidikan karakter. Menurut saya pendidikan karakter tidak hanya diperlukan di sekolah, tetapi juga di rumah. Oleh karena itu, perempuan atau ibu perlu memahami akan pentingnya pendidikan karakter bagi anak. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk membekali anak guna menghadapi dinamika di masa yang akan datang sekaligus mempersiapkan diri sebagai generasi emas Indonesia Tahun 2045.

Pendidikan karakter adalah suatu proses pembentukan watak atau kepribadian individu ke arah yang positif guna menjadi pribadi yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Pendidikan karakter menjadi satu elemen penting yang harus diterapkan sejak dini, terlebih pada usia perkembangan anak 0-6 tahun. Keberadaan karakter menjadi sebuah fondasi yang akan mendukung keberhasilan anak di masa depan.

Pembangunan karakter termasuk ke dalam salah satu program Nawa Cita Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf  Kalla. Nawa Cita merupakan program prioritas yang berisi 9 agenda pokok untuk melanjutkan semangat perjuangan dan cita-cita Presiden Soekarno. Wadah hukum tentang pendidikan karakter ini diatur dalam Perpres Nomor 87 Tahun 2017 Tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).

 Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dilaksanakan dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila yang merupakan perwujudan dari 5 nilai utama yaitu religiusitas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas yang terintegrasi dalam kurikulum.

Tahun 2045 tepat 100 tahun Indonesia merdeka merupakan target hadirnya generasi-generasi emas Indonesia. Perempuan atau para ibu di masa ini, sedang memegang peran penting dalam upaya mempersiapkan generasi emas guna meraih kesuksesan di tahun 2045, yaitu salah satunya melalui pendidikan karakter. Sebagaimana harapan Presiden Suekarno, “Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kuguncangkan dunia.”