Mar 21, 2021

ARTIKEL: Milenial Sebagai Pelopor Lewat Berbagai Tren Guna Mendorong Kepedulian Masyarakat Terhadap Keberlanjutan Lingkungan

Sumber: dokumentasi pribadi

“Aku telah memberi semua yang kau butuhkan. Tanah, air, dan udara. Mereka telah berpadu membentuk sebuah harmoni yang dapat kau nikmati tanpa perlu membayar. Aku selalu memberi tanpa pernah menerima, lalu kapankah tiba saatnya kau akan mulai berpikir tentang apa yang aku inginkan?”

- dari bumi kepada manusia 


Jika saja bumi bisa berbicara, mungkin kita tidak akan berani bersikap masa bodoh karena mendengar celotehan-celotehannya. Bayangkan ketika hendak membuang sampah sembarangan lalu tiba-tiba bumi berbisik di telinga, “Buanglah sampah pada tempatnya!” Apa yang akan kita lakukan?

Tentulah kita tidak akan berani macam-macam dengan melakukan hal-hal yang dapat merusak bumi dan segala isinya.

Selain faktor alam, sebagian besar kerusakan lingkungan terjadi karena tindak-tanduk manusia, baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Semua itu bermula dari sikap ingin hidup berlebih-lebihan tanpa memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya hingga berujung pada fenomena kausalitas.

Kausalitas dibangun oleh suatu hubungan sebab-akibat dari sebuah kejadian. Seperti halnya tidak akan ada asap jika tidak ada api, kerusakan lingkungan yang terjadi pastilah ada penyebabnya.

Hal ini dapat menimbulkan ketidakseimbangan lingkungan, dan kerusakan demi kerusakan tersebut akan memicu berbagai macam bencana. Saat bencana itu terjadi, maka siapa lagi? tentu kita semua yang akan menerima buahnya bukan?

Sejatinya Tuhan menciptakan bumi dengan segala isinya untuk dikelola manusia. Namun juga perlu ingat bahwa kesewenangan adalah hal yang tidak seharusnya hadir di tengah-tengah kita. 

Kerusakan Lingkungan Berdampak Buruk Bagi Keberlangsungan Seluruh Makhluk Hidup di Bumi

Kerusakan lingkungan hidup dapat disebabkan karena faktor alam seperti gempa bumi, letusan gunung atau bencana lain yang menimbulkan kerugian. Namun, kerusakan lingkungan hidup akibat ulah manusia ternyata lebih banyak terjadi.  Ini dipicu oleh kegiatan atau aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan sehingga mengakibatkan berkurangnya suatu fungsi lingkungan hidup baik yang berasal dari sumber daya tanah, air, maupun udara.

Pencemaran adalah sesuatu yang sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan lingkungan. Hal itu ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan pada suatu tatanan menjadi tidak sama lagi dengan kondisi aslinya.

Berbicara mengenai pencemaran, hal ini tidak dapat dipisahkan dari permasalahan sampah. Terlebih di masa pandemi saat ini, aktivitas belanja online menunjukkan peningkatan yang signifikan bukan?

Efek pandemi membuat ruang gerak kita menjadi terbatas. Adanya larangan makan di restaurant saat pandemi, membuat semua orang beralih membeli makanan untuk di bawa pulang.

Bukan tanpa alasan, kebijakan ini diberlakukannya  untuk menekan penyebaran virus corona agar tidak semakin banyak. Namun, hal itu rupanya dibarengi pula dengan semakin menumpuknya sampah makanan. Terlebih jika dalam satu keluarga terdiri dari 3 sampai 4 anggota keluarga.

Lalu, permasalahan lain pun timbul ketika kebutuhan masyarakat akan air bersih meningkat pesat. Krisis air bersih yang memang sudah ada sebelum pandemi, kini semakin menjadi tantangan nyata bagi pemerintah untuk mengupayakan pemenuhan air bersih bagi masyarakat.

Indonesia Water Institute (IWI) meluncurkan hasil penelitian yang dilakukan pada 15 oktober hingga 12 November 2020 dengan melibatkan 1296 responden di seluruh Indonesia. Salah satu peneliti dan pendiri IWI, Firdaus Ali memaparkan bahwa ada peningkatan kebutuhan air bersih antara dua hingga tiga kali dari keadaan normal. Peningkatan ini berhubungan dengan penerapan protokol kesehatan selama pandemi.

Selain permasalahan sampah dan krisis air bersih, pencemaran udara yang sebagian besar disebabkan oleh asap knalpot dari kendaraan transportasi pun kerap menjadi ancaman kesehatan, tidak hanya bagi manusia tetapi juga seluruh makhluk hidup di bumi, tumbuhan dan hewan.

Lalu apa yang bisa kita lakukan guna menjaga keberlanjutan lingkungan?

Milenial Sebagai Pelopor dalam Penyebaran Tren untuk Mendorong Keberlanjutan Lingkungan

Apa sih yang ada di kepala kita tatkala mendengar istilah keberlanjutan lingkungan?

Menilik istilah tersebut, saya sendiri melihat bahwa konsep dari keberlanjutan mengandung dimensi waktu tentang apa yang akan terjadi di masa mendatang. Artinya keberlanjutan lingkungan berkaitan dengan sistem alam, baik yang hidup maupun tidak hidup untuk terus mampu menjaga stabilitasnya.

Dengan demikian, memelihara dan menjaga lingkungan dari kerusakan adalah mutlak tanggung jawab kita bersama. Di mana kita harus mempertahankan daya guna dari suatu lingkungan agar tidak berkurang meski dikonsumsi sepanjang waktu.

Terdapat generasi yang dapat berkontribusi penuh dalam hal ini, yaitu generasi milenial. Generasi milenial merupakan generasi yang lahir pada kurun waktu 1981 hingga 1996. Di mana generasi milenial dapat memegang peran penting dalam mewujudkan keberlanjutan lingkungan.

Sebagaimana yang kita tahu, generasi milenial atau yang sering disebut generasi Y ini menjadi kaum yang kerap disorot dalam berbagai perbincangan. Beragam tren yang muncul pun tak sedikit terinspirasi dari generasi milenial seperti saya.

Generasi milenial membawa dampak positif karena memiliki karakteristik yang kreatif, inovatif, dan sesuai dengan perkembangan zaman.

Persentase jumlah generasi milenial (sumber : Badan Pusat Statistik, 2020)

Di Indonesia sendiri, jumlah generasi milenial terbilang cukup tinggi. Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistika (BPS) pada sensus penduduk tahun 2020, populasi generasi milenial mencapai 69,90 jiwa atau sekitar 25,87%. Di mana generasi milenial menempati urutan kedua setelah generasi z.

Melihat tingginya jumlah generasi milenial tentu menjadi sebuah anugerah bukan?

Potensi tingginya angka generasi milenial dapat dikerahkan untuk berkontribusi dalam mewujudkan tercapainya lingkungan yang berkelanjutan. Selain itu generasi milenial dapat dijadikan sebagai pelopor dalam penyebaran tren untuk mendorong keberlanjutan lingkungan dan memberikan edukasi baik bagi generasi sebelum maupun generasi setelahnya.

Prevent Waste : Menghindari Terciptanya Sampah dengan Mengakhiri Banjir Wadah Sekali Pakai


Cara paling ideal untuk menangani sampah adalah dengan menghindari terciptanya sampah.

Ketika membayangkan, sebagian besar dari kita mungkin akan berpikir mustahil. Tapi bagaimana jika yang tidak mungkin itu tadi ternyata bisa benar-benar jadi kenyataan?

Mencegah limbah berarti secara fundamental kita memikirkan kembali cara kita membuat produk dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.

Di masa kini, banyak generasi milenial yang berperan sebagai pelaku usaha. Kita dapat membantu pelanggan untuk menggunakan peralatan mereka lebih lama dari yang semula dimaksudkan.

Kotak makanan dapat digunakan kembali untuk mengakhiri banjir wadah sekali pakai ketika pelanggan membeli makanan untuk dibawa pulang. Sebagai pelaku usaha kita dapat menjual dan menyewakan kembali peralatan yang dapat diperbarui tersebut.

Kebiasaan belanja milenial akan menjadi lebih berpengaruh seiring berjalannya waktu. Begitu juga dengan dorongan untuk produk dan layanan yang sesuai dengan harapan milenial sebagai konsumen maupun pelaku usaha dalam mendorong keberlanjutan lingkungan.

Produk dengan kredensial berkelanjutan yang lebih baik tentu akan mendapatkan keunggulan yang lebih besar di mata kaum milenial dibanding produk dengan praktik yang kurang berkelanjutan.

SWS (Sustainable Water Sources) : Memanfaatkan Air Hujan untuk Kebutuhan Rumah Tangga dan Bisnis

Sistem pengumpulan air hujan (sumber: penulis)

Di kota-kota, sebagian besar air hujan yang jatuh di gedung, atap, jalan, atau permukaan lainnya tidak meresap ke dalam tanah dan malah dialirkan ke saluran pembuangan. Hal itu kerap menimbulkan peluapan yang menyebabkan banjir di perkotaan maupun di banyak daerah lainnya.

Air hujan yang dikumpulkan dan disimpan dengan benar dapat menawarkan sumber air berkelanjutan untuk digunakan baik di dalam maupun di luar rumah. Sistem pengumpulannya dapat dilakukan dari yang sederhana seperti penggunaan tong hingga ke sistem yang lebih rumit yaitu menggunakan pompa dan tangki.

Sistem pengumpulan air hujan dari atap atau permukaan lain kemudian menyalurkannya ke tempat penampungan, umumnya bersih tapi dapat membawa mikrooganisme, polutan, dan kotoran. Untuk itu diperlukan alat penyaringan atau filter yang tepat untuk menjaga kualitas air.

Mengumpulkan air hujan dan memaksimalkan penggunaannya adalah cara terbaik yang dapat kita lakukan untuk melestarikan sumber daya yang berharga ini. Sistem pengumpulan air hujan dapat memasok air untuk sebagian besar kebutuhan rumah tangga hingga bisnis.

Menggunakan air hujan untuk menyiram toilet, menyiram tanaman, mencuci kendaraan dan perlengkapan rumah, akan mengurangi kebutuhan kita terhadap air utama secara signifikan sehingga dapat menghemat pengeluaran uang.

Meskipun penggunaan ideal untuk air hujan ini mungkin terbatas pada area yang tidak melibatkan konsumsi manusia, namun apabila ditaksir dapat mengurangi ketergantungan kita pada air utama hingga 70%. 

BNH (Build New Habits) : Solusi Tepat untuk Menekan Pencemaran Udara Akibat Asap Kendaraan

Kita telah dimanjakan dengan adanya kendaraan bermotor dan transportasi lainnya. Namun, asap yang keluar dari kendaraan transportasi tersebut telah menyumbang begitu banyak polusi. Hal ini jelas mencemari udara karena polusi yang ditimbulkan dapat merusak kualitas udara yang kita hirup sehari-hari dan berdampak buruk bagi seluruh makhluk hidup di bumi.

Lalu apa yang bisa kita lakukan?

Jalan kaki atau bersepeda adalah pilihan yang tepat untuk mempertahankan kelestarian udara. 

Namun, kita juga tidak bisa memungkiri bahwa kebutuhan mobilitas yang semakin meningkat membuat hampir semua orang lebih akrab dengan kendaraan yang membutuhkan bahan bakar untuk cepat sampai ke tujuan. 

Jenis BBM di Indonesia (sumber: pertamina.com)

Untuk menjaga stabilitas udara, jenis BBM yang kita gunakan haruslah memenuhi BBM standar lingkungan (Euro 2). Sayangnya, kesadaran masyarakat akan penggunaan BBM ramah lingkungan jumlahnya masih sangat sedikit.

Ketika mengantre BBM di SPBU saya seringkali mengamati antrean panjang baik kendaraan motor maupun mobil yang mengular di sepanjang jalur pengisian premium dan pertalite.

Terlepas dari hal paham atau tidaknya masyarakat terhadap penggunaan BBM ramah lingkungan, namun penggunaan bahan bakar dengan RON (Research Octane Number) 88 merupakan bahan bakar yang masih cukup besar kandungan Heptana di dalamnya. Semakin besar kandungan Heptana, semakin besar pula risiko kendaraan menjadi mudah terbakar.

Ketika kendaraan yang memiliki standar kebutuhan bahan bakar dengan minimal RON 92 dipaksakan menggunakan premium yang hanya RON 88, maka seandainya kendaraan yang kita sayangi tersebut bisa berbicara mungkin saja dia sudah menjerit tak mau terima.

Pada akhirnya yang menerima dampak dari semua itu tentulah kita sendiri. Karena penggunaan BBM yang tidak tepat akan menyiksa mesin kendaraan yang kita pakai sehari-hari yang kemudian hasil pembuangannya menyebabkan udara di lingkungan kita menjadi tercemar.

Oleh karena itu, sebaiknya jika jarak tujuan yang ingin kita tempuh tidak terlalu jauh, usahakan berjalan kaki, mengendarai sepeda, atau menggunakan kendaraan umum untuk meminimalisir terjadinya pencemaran udara.

Namun, apabila aktivitas bepergian mengharuskan kita menggunakan kendaraan pribadi, maka pilihlah bahan bakar yang memenuhi standar lingkungan guna menjaga kualitas udara. Karena udara yang bersih dan sehat sangat diperlukan untuk keberlangsungan seluruh makhluk hidup di bumi.

Memanfaatkan Tren Budaya Like and Share melalui aplikasi OTIES (One Thousand Ideas for Environmental Sustainability)

Logo OTIES app (sumber : penulis)

Untuk memaksimalkan peran serta masyarakat dalam mewujudkan keberlanjutan lingkungan, selain memanfaatkan media sosial, saya mengharapkan adanya solusi dengan diciptakannya sebuah aplikasi bernama OTIES (One Thousand Ideas for Environmental Sustainability) yang nantinya bisa menjadi ruang edukasi dan menjangkau seluruh masyarakat agar berperan serta dalam menjaga stabilitas lingkungan.

Sebagaimana yang sering kita jumpai, budaya like and share sudah menjadi santapan sehari-sehari. Untuk memaksimalkan peran media sosial dalam menyebarkan "1000 gagasan", adanya OTIES app bisa menjadi ruang khusus bagi seluruh kalangan dalam membagikan maupun menemukan ide-ide baru yang kemudian dapat menginspirasi mereka.

Para generasi milenial tentu akan menjadi pelopor utama dalam menyebarkan ide atau gagasan yang terbarukan. Generasi milenial yang memiliki kepedulian untuk mengedukasi masyarakat nantinya dapat menyelenggarakan diskusi rutin dalam ruang khusus yang ditujukan untuk memperkaya pengetahuan masyarakat serta menumbuhkan sikap peduli terhadap keberlanjutan lingkungan.

1000 Gagasan Ekonomi Tanpa Merusak Lingkungan Demi Hari Esok  yang Lebih Baik

Tidak harus muluk, menanam pohon meski hanya sebatang saja sudah menjadi tanda bahwa kita telah mengekspresikan kebaikan. Kita diwajibkan berbuat baik, tidak hanya dengan sesama manusia saja tetapi juga kepada seluruh makhluk hidup di bumi.

Manusia adalah makhluk sempurna. Sebagai manusia kita memiliki hampir semua hal yang tidak dimiliki oleh makhluk hidup lain. Dengan segala kesempurnaan yang kita miliki, maka sudah sepatutnya kita dapat mengelola bumi dengan sebaik-baiknya dan memakmurkan semua yang ada di dalamnya.

Berbekal pengetahuan dan keterampilan yang kita miliki, kita dapat saling berkontribusi dengan menciptakan gagasan-gagasan baru yang bermanfaat dan berkelanjutan.

Salah satu lembaga yang menjembatani berbagai ide atau gagasan tentang pembangunan ekonomi tanpa merusak lingkungan adalah Yayasan Madani Berkelanjutan. Madani Berkelanjutan mengajak publik untuk turut serta menyampaikan gagasannya guna mewujudkan pembangunan yang lebih berkelanjutan.

Nah, sebagai generasi milenial, kini saatnya kita berinvestasi untuk masa depan dan generasi setelah kita dengan menyumbangkan berbagai ide atau gagasan serta menyebarkan gaya hidup yang dapat menjaga keberlanjutan lingkungan demi hari esok  yang lebih baik.




Referensi bacaan

1.         Madaniberkelanjutan.id, "Tentang 1000 gagasan Madani Berkelanjutan." https://madaniberkelanjutan.id/posts/category/tentang-1000-gagasan >diakses 12 Maret 2021

2.        Hukumonline.com, "Macam-macam nilai kasualitas dalam hukum pidana."  https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5e931262b32db/macam-macam-teori-kausalitas-dalam-hukum-pidana/ > diakses 15 Maret 2021

3.        Dlh.bulelengkab.go.id, "Kerusakan lingkungan dan penyebabnya." https://dlh.bulelengkab.go.id/artikel/kerusakan-lingkungan-dan-penyebabnya-29  > diakses 15 Maret 2021

4.        Antaranews.com, “Konsumsi air meningkat saat pandemi.” https://www.antaranews.com/berita/1995192/indonesia-water-institute-konsumsi-air-meningkat-saat-pandemi > diakses 15 Maret 2021

5.        Soocadesign.com, "Pembangunan keberlanjutan lingkungan" https://www.soocadesign.com/pembangunan-keberlanjutan-lingkungan/amp/ > diakses 16 Maret 2021

6.        Tempo.co, "Sensus penduduk 2020 bps generasi z dan milenial dominasi jumlah penduduk." https://bisnis.tempo.co/read/1425919/sensus-penduduk-2020-bps-generasi-z-dan-milenial-dominasi-jumlah-penduduk-ri#:~:text=Sementara%2C%20generasi%20milenial%20mencapai%2069,%2C%20Kamis%2C%2021%20Januari%202021  >diakses 16 Maret 2021

7.        Lipi.go.id, "Peningkatan Sampah Plastik dari Belanja Online dan Delivery Selama PSBB." http://lipi.go.id/berita/single/Peningkatan-Sampah-Plastik-dari-Belanja-Online-dan-Delivery-Selama-PSBB/22037 >diakses 17 Maret 2021

8.        Pertamina.com, "Jenis BBM yang tersedia di SPBU." https://www.pertamina.com/id/fuel-retail >diakses 18 Maret 2021

9.        Lk.pom.go.id, "Identifikasi bahan kimia N-Heptana," http://ik.pom.go.id/v2016/katalog/N-HEPTANA.pdf >diakses pada 19 Maret 2021