Sumber: dokumentasi pribadi |
“Aku telah memberi semua yang kau butuhkan. Tanah, air, dan udara. Mereka telah berpadu membentuk sebuah harmoni yang dapat kau nikmati tanpa perlu membayar. Aku selalu memberi tanpa pernah menerima, lalu kapankah tiba saatnya kau akan mulai berpikir tentang apa yang aku inginkan?”
- dari bumi kepada manusia
Jika
saja bumi bisa berbicara, mungkin kita tidak akan berani bersikap masa bodoh karena
mendengar celotehan-celotehannya. Bayangkan ketika hendak membuang sampah
sembarangan lalu tiba-tiba bumi berbisik di telinga, “Buanglah sampah pada
tempatnya!” Apa yang akan kita lakukan?
Tentulah
kita tidak akan berani macam-macam dengan melakukan hal-hal yang dapat merusak
bumi dan segala isinya.
Selain
faktor alam, sebagian besar kerusakan lingkungan terjadi karena tindak-tanduk manusia, baik yang
disengaja maupun tidak disengaja. Semua itu bermula dari sikap ingin hidup
berlebih-lebihan tanpa memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya hingga
berujung pada fenomena kausalitas.
Kausalitas
dibangun oleh suatu hubungan sebab-akibat dari sebuah kejadian. Seperti halnya
tidak akan ada asap jika tidak ada api, kerusakan lingkungan yang terjadi
pastilah ada penyebabnya.
Hal ini
dapat menimbulkan ketidakseimbangan lingkungan, dan kerusakan demi kerusakan
tersebut akan memicu berbagai macam bencana. Saat bencana itu terjadi, maka
siapa lagi? tentu kita semua yang akan menerima buahnya bukan?
Sejatinya
Tuhan menciptakan bumi dengan segala isinya untuk dikelola manusia. Namun juga
perlu ingat bahwa kesewenangan adalah hal yang tidak seharusnya hadir di
tengah-tengah kita.
Kerusakan Lingkungan Berdampak Buruk Bagi Keberlangsungan Seluruh Makhluk Hidup di Bumi
Kerusakan
lingkungan hidup dapat disebabkan karena faktor alam seperti gempa bumi,
letusan gunung atau bencana lain yang menimbulkan kerugian. Namun, kerusakan
lingkungan hidup akibat ulah manusia ternyata lebih banyak terjadi. Ini dipicu oleh kegiatan atau aktivitas
manusia yang tidak ramah lingkungan sehingga mengakibatkan berkurangnya suatu fungsi
lingkungan hidup baik yang berasal dari sumber daya tanah, air, maupun udara.
Pencemaran
adalah sesuatu yang sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan lingkungan. Hal itu
ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan pada suatu tatanan menjadi tidak
sama lagi dengan kondisi aslinya.
Berbicara
mengenai pencemaran, hal ini tidak dapat dipisahkan dari permasalahan sampah. Terlebih
di masa pandemi saat ini, aktivitas belanja online menunjukkan peningkatan yang
signifikan bukan?
Efek
pandemi membuat ruang gerak kita menjadi terbatas. Adanya larangan makan di
restaurant saat pandemi, membuat semua orang beralih membeli makanan untuk di
bawa pulang.
Bukan tanpa alasan, kebijakan ini diberlakukannya untuk menekan penyebaran virus corona agar tidak semakin banyak. Namun, hal itu rupanya dibarengi pula dengan semakin menumpuknya sampah makanan. Terlebih jika dalam satu keluarga terdiri dari 3 sampai 4 anggota keluarga.
Lalu, permasalahan
lain pun timbul ketika kebutuhan masyarakat akan air bersih meningkat pesat. Krisis
air bersih yang memang sudah ada sebelum pandemi, kini semakin menjadi
tantangan nyata bagi pemerintah untuk mengupayakan pemenuhan air bersih bagi
masyarakat.
Indonesia
Water Institute (IWI) meluncurkan hasil penelitian yang dilakukan pada 15
oktober hingga 12 November 2020 dengan melibatkan 1296 responden di seluruh
Indonesia. Salah satu peneliti dan pendiri IWI, Firdaus Ali memaparkan bahwa
ada peningkatan kebutuhan air bersih antara dua hingga tiga kali dari keadaan
normal. Peningkatan ini berhubungan dengan penerapan protokol kesehatan selama
pandemi.
Selain permasalahan
sampah dan krisis air bersih, pencemaran udara yang sebagian besar disebabkan
oleh asap knalpot dari kendaraan transportasi pun kerap menjadi ancaman
kesehatan, tidak hanya bagi manusia tetapi juga seluruh makhluk hidup di bumi,
tumbuhan dan hewan.
Lalu apa yang bisa kita lakukan guna menjaga keberlanjutan lingkungan?
Milenial Sebagai Pelopor dalam Penyebaran Tren untuk Mendorong Keberlanjutan Lingkungan
Apa sih
yang ada di kepala kita tatkala mendengar istilah keberlanjutan lingkungan?
Menilik
istilah tersebut, saya sendiri melihat bahwa konsep dari keberlanjutan
mengandung dimensi waktu tentang apa yang akan terjadi di masa mendatang.
Artinya keberlanjutan lingkungan berkaitan dengan sistem alam, baik yang hidup
maupun tidak hidup untuk terus mampu menjaga stabilitasnya.
Dengan
demikian, memelihara dan menjaga lingkungan dari kerusakan adalah mutlak
tanggung jawab kita bersama. Di mana kita harus mempertahankan daya guna dari
suatu lingkungan agar tidak berkurang meski dikonsumsi sepanjang waktu.
Terdapat
generasi yang dapat berkontribusi penuh dalam hal ini, yaitu generasi milenial.
Generasi milenial merupakan generasi yang lahir pada kurun waktu 1981 hingga
1996. Di mana generasi milenial dapat memegang peran penting dalam mewujudkan keberlanjutan
lingkungan.
Sebagaimana
yang kita tahu, generasi milenial atau yang sering disebut generasi Y ini
menjadi kaum yang kerap disorot dalam berbagai perbincangan. Beragam tren yang
muncul pun tak sedikit terinspirasi dari generasi milenial seperti saya.
Generasi milenial membawa dampak positif karena memiliki karakteristik yang kreatif, inovatif, dan sesuai dengan perkembangan zaman.
Persentase jumlah generasi milenial (sumber : Badan Pusat Statistik, 2020)
Di Indonesia
sendiri, jumlah generasi milenial terbilang cukup tinggi. Berdasarkan data yang
dirilis oleh Badan Pusat Statistika (BPS) pada sensus penduduk tahun 2020,
populasi generasi milenial mencapai 69,90 jiwa atau sekitar 25,87%. Di mana
generasi milenial menempati urutan kedua setelah generasi z.
Melihat
tingginya jumlah generasi milenial tentu menjadi sebuah anugerah bukan?
Potensi tingginya angka generasi milenial dapat dikerahkan untuk berkontribusi dalam mewujudkan tercapainya lingkungan yang berkelanjutan. Selain itu generasi milenial dapat dijadikan sebagai pelopor dalam penyebaran tren untuk mendorong keberlanjutan lingkungan dan memberikan edukasi baik bagi generasi sebelum maupun generasi setelahnya.
Prevent Waste : Menghindari
Terciptanya Sampah dengan Mengakhiri Banjir Wadah Sekali Pakai
Cara paling ideal untuk menangani sampah adalah dengan
menghindari terciptanya sampah.
Ketika
membayangkan, sebagian besar dari kita mungkin akan berpikir mustahil. Tapi
bagaimana jika yang tidak mungkin itu tadi ternyata bisa benar-benar jadi
kenyataan?
Mencegah
limbah berarti secara fundamental kita memikirkan kembali cara kita membuat
produk dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.
Di masa
kini, banyak generasi milenial yang berperan sebagai pelaku usaha. Kita dapat
membantu pelanggan untuk menggunakan peralatan mereka lebih lama dari yang
semula dimaksudkan.
Kotak
makanan dapat digunakan kembali untuk mengakhiri banjir wadah sekali pakai
ketika pelanggan membeli makanan untuk dibawa pulang. Sebagai pelaku usaha kita
dapat menjual dan menyewakan kembali peralatan yang dapat diperbarui tersebut.
Kebiasaan
belanja milenial akan menjadi lebih berpengaruh seiring berjalannya waktu.
Begitu juga dengan dorongan untuk produk dan layanan yang sesuai dengan harapan
milenial sebagai konsumen maupun pelaku usaha dalam mendorong keberlanjutan
lingkungan.
Produk dengan kredensial berkelanjutan yang lebih baik tentu akan mendapatkan keunggulan yang lebih besar di mata kaum milenial dibanding produk dengan praktik yang kurang berkelanjutan.
SWS (Sustainable Water Sources) : Memanfaatkan Air Hujan untuk Kebutuhan Rumah Tangga dan Bisnis
Sistem pengumpulan air hujan (sumber: penulis)
Di kota-kota, sebagian besar air hujan yang jatuh di gedung, atap, jalan, atau permukaan lainnya tidak meresap ke dalam tanah dan malah dialirkan ke saluran pembuangan. Hal itu kerap menimbulkan peluapan yang menyebabkan banjir di perkotaan maupun di banyak daerah lainnya.
Air hujan yang dikumpulkan dan disimpan dengan benar dapat menawarkan sumber air berkelanjutan untuk digunakan baik di dalam maupun di luar rumah. Sistem pengumpulannya dapat dilakukan dari yang sederhana seperti penggunaan tong hingga ke sistem yang lebih rumit yaitu menggunakan pompa dan tangki.
Sistem pengumpulan air hujan dari atap atau permukaan lain kemudian menyalurkannya ke tempat penampungan, umumnya bersih tapi dapat membawa mikrooganisme, polutan, dan kotoran. Untuk itu diperlukan alat penyaringan atau filter yang tepat untuk menjaga kualitas air.
Mengumpulkan air hujan dan memaksimalkan penggunaannya adalah cara terbaik yang dapat kita lakukan untuk melestarikan sumber daya yang berharga ini. Sistem pengumpulan air hujan dapat memasok air untuk sebagian besar kebutuhan rumah tangga hingga bisnis.
Menggunakan air hujan untuk menyiram toilet, menyiram tanaman, mencuci kendaraan dan perlengkapan rumah, akan mengurangi kebutuhan kita terhadap air utama secara signifikan sehingga dapat menghemat pengeluaran uang.
Meskipun penggunaan ideal untuk air hujan ini mungkin terbatas pada area yang tidak melibatkan konsumsi manusia, namun apabila ditaksir dapat mengurangi ketergantungan kita pada air utama hingga 70%.
BNH (Build New Habits) : Solusi Tepat untuk Menekan Pencemaran Udara Akibat Asap Kendaraan
Kita
telah dimanjakan dengan adanya kendaraan bermotor dan transportasi lainnya.
Namun, asap yang keluar dari kendaraan transportasi tersebut telah menyumbang
begitu banyak polusi. Hal ini jelas mencemari udara karena polusi yang
ditimbulkan dapat merusak kualitas udara yang kita hirup sehari-hari dan berdampak
buruk bagi seluruh makhluk hidup di bumi.
Lalu apa
yang bisa kita lakukan?
Jalan kaki atau bersepeda adalah pilihan yang tepat untuk mempertahankan kelestarian udara.
Namun, kita juga tidak bisa memungkiri bahwa kebutuhan mobilitas yang
semakin meningkat membuat hampir semua orang lebih akrab dengan kendaraan yang
membutuhkan bahan bakar untuk cepat sampai ke tujuan.
Jenis BBM di Indonesia (sumber: pertamina.com) |
Untuk
menjaga stabilitas udara, jenis BBM yang kita gunakan haruslah memenuhi BBM
standar lingkungan (Euro 2). Sayangnya, kesadaran masyarakat akan penggunaan BBM ramah
lingkungan jumlahnya masih sangat sedikit.
Ketika
mengantre BBM di SPBU saya seringkali mengamati antrean panjang baik kendaraan
motor maupun mobil yang mengular di sepanjang jalur pengisian premium dan
pertalite.
Terlepas dari hal paham atau tidaknya masyarakat terhadap penggunaan BBM ramah lingkungan, namun penggunaan bahan bakar dengan RON (Research Octane Number) 88 merupakan bahan bakar yang masih cukup besar kandungan Heptana di dalamnya. Semakin besar kandungan Heptana, semakin besar pula risiko kendaraan menjadi mudah terbakar.
Ketika
kendaraan yang memiliki standar kebutuhan bahan bakar dengan minimal RON 92
dipaksakan menggunakan premium yang hanya RON 88, maka seandainya kendaraan
yang kita sayangi tersebut bisa berbicara mungkin saja dia sudah menjerit tak
mau terima. Pada
akhirnya yang menerima dampak dari semua itu tentulah kita sendiri. Karena
penggunaan BBM yang tidak tepat akan menyiksa mesin kendaraan yang kita pakai
sehari-hari yang kemudian hasil pembuangannya menyebabkan udara di lingkungan
kita menjadi tercemar. Oleh
karena itu, sebaiknya jika jarak tujuan yang ingin kita tempuh tidak terlalu
jauh, usahakan berjalan kaki, mengendarai sepeda, atau menggunakan kendaraan
umum untuk meminimalisir terjadinya pencemaran udara.
Namun, apabila aktivitas bepergian mengharuskan kita menggunakan kendaraan pribadi, maka pilihlah bahan bakar yang memenuhi standar lingkungan guna menjaga kualitas udara. Karena udara yang bersih dan sehat sangat diperlukan untuk keberlangsungan seluruh makhluk hidup di bumi. |
Memanfaatkan Tren Budaya Like and Share melalui aplikasi OTIES (One Thousand Ideas for Environmental Sustainability)
Logo OTIES app
(sumber : penulis) |
Untuk memaksimalkan peran serta masyarakat dalam mewujudkan keberlanjutan lingkungan, selain memanfaatkan media sosial, saya mengharapkan adanya solusi dengan diciptakannya sebuah aplikasi bernama OTIES (One Thousand Ideas for Environmental Sustainability) yang nantinya bisa menjadi ruang edukasi dan menjangkau seluruh masyarakat agar berperan serta dalam menjaga stabilitas lingkungan.
Sebagaimana
yang sering kita jumpai, budaya like and
share sudah menjadi santapan sehari-sehari. Untuk memaksimalkan peran media
sosial dalam menyebarkan "1000 gagasan", adanya OTIES app bisa menjadi ruang khusus bagi seluruh kalangan dalam
membagikan maupun menemukan ide-ide baru yang kemudian dapat menginspirasi
mereka.
Para generasi milenial tentu akan menjadi pelopor utama dalam menyebarkan ide atau gagasan yang terbarukan. Generasi milenial yang memiliki kepedulian untuk mengedukasi masyarakat nantinya dapat menyelenggarakan diskusi rutin dalam ruang khusus yang ditujukan untuk memperkaya pengetahuan masyarakat serta menumbuhkan sikap peduli terhadap keberlanjutan lingkungan.
1000 Gagasan Ekonomi Tanpa Merusak Lingkungan Demi Hari Esok yang Lebih Baik
Tidak harus muluk, menanam pohon meski hanya sebatang saja sudah menjadi tanda bahwa kita telah mengekspresikan kebaikan. Kita diwajibkan berbuat baik, tidak hanya dengan sesama manusia saja tetapi juga kepada seluruh makhluk hidup di bumi.
Manusia adalah makhluk sempurna. Sebagai manusia kita memiliki hampir semua hal yang tidak dimiliki oleh makhluk hidup lain. Dengan segala kesempurnaan yang kita miliki, maka sudah sepatutnya kita dapat mengelola bumi dengan sebaik-baiknya dan memakmurkan semua yang ada di dalamnya.
Berbekal pengetahuan dan keterampilan yang kita miliki, kita dapat saling berkontribusi dengan menciptakan gagasan-gagasan baru yang bermanfaat dan berkelanjutan.
Salah satu lembaga yang menjembatani berbagai ide atau gagasan tentang pembangunan ekonomi tanpa merusak lingkungan adalah Yayasan Madani Berkelanjutan. Madani Berkelanjutan mengajak publik untuk turut serta menyampaikan gagasannya guna mewujudkan pembangunan yang lebih berkelanjutan.
Nah, sebagai generasi milenial, kini saatnya kita berinvestasi untuk masa depan dan generasi setelah kita dengan menyumbangkan berbagai ide atau gagasan serta menyebarkan gaya hidup yang dapat menjaga keberlanjutan lingkungan demi hari esok yang lebih baik.
Referensi bacaan
1. Madaniberkelanjutan.id, "Tentang 1000
gagasan Madani Berkelanjutan." https://madaniberkelanjutan.id/posts/category/tentang-1000-gagasan
>diakses 12 Maret 2021
2. Hukumonline.com, "Macam-macam nilai
kasualitas dalam hukum pidana." https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5e931262b32db/macam-macam-teori-kausalitas-dalam-hukum-pidana/
> diakses 15 Maret 2021
3. Dlh.bulelengkab.go.id, "Kerusakan
lingkungan dan penyebabnya." https://dlh.bulelengkab.go.id/artikel/kerusakan-lingkungan-dan-penyebabnya-29
> diakses 15 Maret 2021
4. Antaranews.com, “Konsumsi air meningkat saat
pandemi.” https://www.antaranews.com/berita/1995192/indonesia-water-institute-konsumsi-air-meningkat-saat-pandemi
> diakses 15 Maret 2021
5. Soocadesign.com, "Pembangunan keberlanjutan
lingkungan" https://www.soocadesign.com/pembangunan-keberlanjutan-lingkungan/amp/
> diakses 16 Maret 2021
6. Tempo.co, "Sensus penduduk 2020 bps
generasi z dan milenial dominasi jumlah penduduk." https://bisnis.tempo.co/read/1425919/sensus-penduduk-2020-bps-generasi-z-dan-milenial-dominasi-jumlah-penduduk-ri#:~:text=Sementara%2C%20generasi%20milenial%20mencapai%2069,%2C%20Kamis%2C%2021%20Januari%202021
>diakses 16 Maret 2021
7. Lipi.go.id, "Peningkatan Sampah Plastik
dari Belanja Online dan Delivery Selama PSBB." http://lipi.go.id/berita/single/Peningkatan-Sampah-Plastik-dari-Belanja-Online-dan-Delivery-Selama-PSBB/22037
>diakses 17 Maret 2021
8. Pertamina.com, "Jenis BBM yang tersedia di
SPBU." https://www.pertamina.com/id/fuel-retail
>diakses 18 Maret 2021
9. Lk.pom.go.id, "Identifikasi bahan kimia N-Heptana," http://ik.pom.go.id/v2016/katalog/N-HEPTANA.pdf >diakses pada 19 Maret 2021